Minggu, 14 September 2008

Sumber-sumber Pengetahuan

A. Rasio (akal)
Tidak dapat dipungkiri bahwa akal adalah alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Menurut kaum rasionalis bahwa suatu pengehuan hanya bisa diperoleh dengan cara berfikir.
Kaum rasionalis bukan mengingkari nilai-nilai yang diperoleh melalui pengalaman, melainkan pengalaman paling dipandang sebagai jenis perangsang (stimulus) bagi pikiran. Para penganut rasionalis berkeyakinan bahwa kebenaran dan kesesatan terletak dalam tubuh kita, dan bukannya dibarengin dengan sesuatu. Jika kebenaran mengandung makna dan mempunyai ide yang sesuai dengan, atau menunjuk menunjuk kita dan hanya diperoleh dengan akal budi saja. (juhaya,2003)
Dalam penyusunan ini akal menggunakan konsep-konsep rasional atau ide-ide universal. Konsep tersebut mempunyai wujud dalam alam nyata dan bersifat universal. Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip universal adalah abstrak dari benda-benda konkret, seperti hukum kausalitas atau gambaran umum tentang kursi.
Akal selain bekerja karena ada bahan dari indera, juga akal dapat menghasilkan pengetahuan yang tidak berdsarkan bahan inderawi sama sekali, jadi akal juga dapat menghasilkan pengethuan tentang objek yang betul-betul abstrak.1
Akal (rasio) mampu mengetahui kebenaran alam semesta,yang tidak mungkin dapat diketahui melalui observasi. Menurut faham ini, penglaman tidak dapat menguji kebenaran “hokum sebab akibat”, sebab yang banyak tak terhingga itu tidak mungkin dapat diobservasi. Pengalaman hanya sampai menggambarkan, tidak dapat dibuktikan.2
Tokoh sentral dalam faham ini adalah Rene Deskartes, seorang fisuf asal perancis, cogito ergo sum (saya berfikir maka saya ada) merupakan prinsip utama filsafat dan inilah kenyataan yang menurutnya paling jelas yang mendasar mengenai keberadaan manusia.3
Ia yang pertama kali mengenalkan rasio sebagai sumber pengetahuan. Ia tidak puas dengan paham skolastik karena dilihatnya saling bertentangan dan tidak ada kepastian, hal itu karena tidak ada metode berfikir yang pasti. Deskartes mengemukakan gagasan/metode baru yaitu kergu –raguan de omnibus dubitandum (segala sesuatu harus diragukan), jika orang ragu-ragu terhadap segala sesuatu, dalam keragu-raguan itu jelas ia sedang berfikir. Sebab yang sedang berfikir itu tentu ada dan jelas terang benderang. (ahmad syadall dan mudzakir, 1999).
Paham rasionalisme ada beranggapan, ada prinsip-prinsip dasar dunia tertentu, yang diakui benar oleh rasio manusia. Dari prinsip-prinsip ini diperoleh pengetahuan Deduksi yang ketat tentang dunia. Prinsip-prinsip pertama ini bersumber dalam budi manusia dan tidak dijabarkan dari pengalaman, bahkan pengalaman empiris bergantung pada prinsip-prinsip ini. prinsip-prinsip itu kemudian oleh Deskartes, dikenalkan dengan istilah substansi, yang tak lain adalah. Ide bawaaan (inneat ideas) yang sudah ada dalam jiwa sebagai kebenaran yang clear and distinct, tak bisa diragukan lagi ada tiga ide bawaaan yang diajarkan Descartes, yaitu :
a)Pemikiran Saya memahami diri saya sebagai makhluk yang berfikir, maka harus diterima juga bahwa pemikiran merupakan hakikat saya.
b)Tuhan sebagai wujud yang sama sekali sempurna. Karena saya mempunyai ide “sempurna”, mesti ada sesuatu penyebab

Tokoh lain dari fahan ini adalah leibniz dan wolf seorang jerman yang pada usia tujuh belas tahun telah menjadi sarjana dan menjadi duta. teorinya menyatakan bahwa segala sesuatu itu terjadi dari monade, tidak ada hubungannya dengan luar dan tidak mempunyai hubungan apapun, pengetahuan tak berpangkal pada diri kita sendiri, yaitu akal. ia menyatakan "Doctrin of innate idea" (innate: dibawah sejak lahir) gagasan-gagasan inilah yang membawa kita pada pengetahuan. pikiran diperoleh dari diri kita sendiri, dibawah sejak lahir misalnya. bujur sangkar tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat dipikirkan. Jadi, bujur sangkar ada pada dirikita, Dari gagasan itu.7
Leibnia menyebut substansi dengan "monade" sebagai principles of nature and the gracefounded and reason. Ia Memaknai monade ini dengan "the true atoms of nature" atom disini tidak sebagai mana dalam ajaran demokratis dan epikoros, tetapi "jiwa-jiwa", sehingga monade yang ia maksudkan adalah. "pusat-pusat kesadaran". Begitulah leibnia, ia adalah di antara tokoh-tokoh rasionalis yang juga mengakui adanya prinsip-prinsip rasional yang bersifat a priori. Diatas prinsip rasional inilah kemidian ia menyusun pemikiran filsafatnya, diantara yang paling terkenal adalah logika modern, yang telah mengantarkannya untuk dijuluki " bapak logika modern".
Logika leibnia dimulai dari suatu prinsip rasional, yaitu ada dasar pikiran yang jika diterapkan dengan tepat akan cukup menentukan struktur realitas yang mendasar. Leibnia mengajarkan bahwa ilmu alam adalah perwujudan dunia yang tampil secara sistematis. Pandangan epistemologi leibnia,yakni kebenaran pasti atau kebenaran logis dan kebenaran fakta atau kebenaran pengalaman.8
c.wolff seornag jerman yang merupakan eksponen dari rasionalisme. Ia seorang guru besar yang menyebarkan filsafat yang berkembang pada masa itu, sifatnya rassional. Wolff adalah penyadar filsafat leibnia, bahkan "konon" leibnia sendiri tidak menciptakan suatu sistematis filosofis. Ditangan wolff inilah pemikiran leibnia mendapat sistematisnya. Berdasarkan prinsip-prinsip dasar yang ia sebut dengan "premis", kemudian wolff membagi lapangan pengetahuan menjadi tiga bidang, yaitu apa yang ia sebut dengan kosmologi rasional, psikologi rasional, dan teologi rasional.
Beberapa ajaran pokok dari faham ini adalah:
a.Dengan proses pemikiran abstrak kita dapat mencapai kebenaran fundamental.
b.Realitas dapat diketahui secara tidak tergantung dari pengamatan, pengalaman, dan menggunakan metode empiris.
c.Pikiran mampu mengetahui beberapa kebenaran tentang realitas yang mendahului pengalaman apapun juga.
d.Akal budi adalah sumber utama pengetahuan, dan ilmu pada dasarnya adalah suatu sistem deduktif.
e.Kebenaran tidak diuji dengan prosedur verifikasi- inderawi,tetap dengan criteria seperti konssistensi logis.
f. Terdapat metode rasional (deduktif, logis, matematis, inferensial) yang dapat diterapkan 1pada materi soalsoal pokok apa saja dan dapat memberikan penjelasan yang memadai.
g. Kepastian mutlak mengenai hal-hal adalah ideal pengetahuan dan sebagian dapat dicapai dengan pikiran murni.
h. Hanya kebenaran- kebenaran niscaya dan pada dirinya sendiri,yang timbul dari akal budi saja, yang dikenal sebagai benar,nyata, dan pasti
.i. Alam semesta (realitas) mengikuti hokum- hokum dan rasionalitas (bentuk) logika.
j. Begitu logika diketahui, segala sesuatu dalam alam semesta dapat dianggap deduksi dari prinsip-prinsip / hokum-hukum.(Bagus Lorens, 1996),
Tokoh- tokoh Empirisyang mengagungkan rasio diantaranya adalah Blaise Pascal dan Nicole Malehrenda.

B. Empiris
Empiris berasal dari bahasa Yunani empeira, empeiros (berarti pengalaman dalam, berkenalan dengan, terampil untuk), latin : experienta ( pengalaman).Faham yang terkait dengan ini disebut empirisme.(Lorens Bagus,1996).
Berbeda anggapan rasionalis yang mengatakan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio,faham ini berpendapat bahwa indera atau pengalaman adalah sumber satu- satunya atau paling tidak sumber primer dari pengetahuan manusia, sehingga pengenalan inderawi merupakan pengenalan yang palin jelas dan sempurna.
Empirisme merupakan aliran yang mengakui bahwa penetahuan itu hakikatnya berdasarkan pengalaman atau empiris melalui alat indera. Empirisme menolak pengetahuan yang semata- semata berdasarkan akal karena dipandang sebagai spekulasi belaka yang tidak berdasarkan realitas sehingga berisiko tidak sesuai dengan kenyataan. Pengetahuan sejati harus berdasarkan kenyataan sejati, yaitu realitas.
Empirisme diperoleh dengan jalan observasi, atau dengan jalan penginderaan. Pengalaman merupakan factor fundamental dalam pengetahuan manusia. Pendek kata, apa yang kita ketahui berasal dari segala apa yang kita dapatkan melalui alat indera.
Berbicara tentang pengalaman, Randall mengklasifikasikannya menjadi enam bentuk, yaitu :
a.Merupakan suatu akamulasi pengetahuan, informasi, ataupun skill, yang menunjukkan derajat yang berbeda antara pengalaman seseorang dengan yang lainnya, dan menunjukkan suatu perubahan dan perkembangan.
b.Merupakan suatu kualitas dari perasaan,atau emosi yang menunjukkan reaksi psikologis. Sebagai contoh : “saya memilki pengalaman yang mengerikan kemarin “.
c.Merupakan keseluruhan lapangan kesadaran kita. Yang termasuk pengertian ini tidak hanya penginderaan langsung, melainkan juga tidak langsung
d.Merupakan suatu latihan yang sistematis dalam melakukan teknik- teknik observasi secara sadar. Dalam hal ini pengalaman menunjukkan kejadian dalam suatu peristiwa khusus dari suatu respon psikologis.
e.Sebagai dunia fakta, sesuatu yang bersifat eksternal dan objektif2
f.Sebagai suatu relasi, atau hubungan. Dalam pengertian ini pengalaman tidak mutlak murni subjektif, dan tidak mutlak murni objektif, melainkan hubungan antara makhluk hidup dengan lingkunganya.
Jhon locke, (1632-1704), bapak empirisme dari Britaniamengemuksksn teori tabula rasa (sejenis buku catatan kosong). Maksudnya adalah bahwa manusia pada mulanya kosong dari penetahuan, lantas pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu, lantas ia memiliki penetahuan. Mula- mula tangkapan indera yang masuk itu sederhana, lama- kelamaan menjadi kompleks, lalu tersusnlah pengetahuan berarti
Jhon Locke, yan juga seorang doctor Inggris yang juga penasehat raja Inggris yang sangat berhati- hati dalam berbicara Ucapannya “ tidak ada sesuatu pada akal yang sebelumnya tidak ada pada indera kita (kebalikan dari Descartes)”. JAdi, inderasebagai hal primer, sedangkan akal sebagai hal sekunder yang fungsinya sebagai penerima. DEngan demikian ia menolak “ Doctrin of innate ideas “. Jhon Locke mengagumi metode Descartes, tetapi ia tidak menyetujui isi ajarannya. Menurut Locke, mula- mula rasio harus dianggap “as a white paper” dan seluruh isinya adalah dari pengalaman. Ada dua pengalaman : lahiriah (sensation) dan batiniah (reflextion. Kedua sumber pengalaman ini menghasilkan ide- ide yunggal (simple ideas). Jiwa manusiawi bersifat pasif sekali dalam menerima ide- ide tersebut. Meski ia juga mempunyai aktifitasnya, yaitu dengan menggunakan ide- ide tunggal sebagai bahan bangunan, jiwa manusiawi dapat membentuk jiwa majemuk (complex ideas), misalnya ide substansi, yaitu jika ide tunggal dapat selalu bersama. Selanjutnya, Jhon Locke mengakui bahwa dalam dunia luar ada material, dan ini juga menunjukkan sikap inkonsistensi (atau inconherent, dalam bahasa Hume) pemikiran jhon Locke. Menurut Ia pula, seluruh sisa pengetahuan. Kita peroleh dengan penginderaan serta refleksi yang pertama dan sederhana itu. Ia memandang bahwa akal sebagai jenis tempat penampungan yang secara pasif menerima hasil- hasil penginderaan tersebut. (Juhaya,2003).
Empirisme mempunyai beberapa bentuk. Bentuk sensasionalisme yang sempit mengatakan bahwa pengetahuaan itu rasa (sensation), disamping rasa tidak ada pengetahuan. Pda abad ke-18, Jhon Locke menganggap akal sebagai sepotong lilin, lilin itu akan berbentuk apa yang ditekankan kepadanya, dengan demikaan kal mencatat kesan-kesan yang datang dari luar. Empirisme yang lebih, baru menolak teori pengetahuan ini, pragmatisme sebagai suatu bentuk dari empirisme yang radikal, menganggap akal sebagai aktif dalam memilih dan mencetak pengalamannya, menurut kepentingan dan tugas- tugas dari organisme. (Titus et. All. 1984).
Salah satu tokoh utama dalam aliran ini adalah Francis Bacon (1210-1292 M), Ia merupakan filosof dan penulis asal Inggris, Francis Bacon mengatakan “Bila anda memulai dengan kepastian, pada akhirnya anda akan menemukan keraguan, tetapi bila anda puas dengan memulai keraguan, pada akhirnya anda akan menemukan kepastian. Mengetahui secara benar adalah mengetahui lewat penyebab- penyebab. Tak ada yang menakutkan, kecuali ketakutan itu sendiri dan perlu diketahui yang mendatangkan kenikmatan dan ketenanagn itu adalah kebaruan, bukannya kualitas. DIA pun mengatakan “memang benar, sedikit filsafat akan membawa orang ke ateisme, tetapi kedalaman kedalaman filsafat akan membimbing akal dan penalaran menuju agama”. Ia berpendapat bahwa pengetahuan yang sebenarnya adalah pengetahuan yang diterima orang melalui persentuhan inderawi dengan dunia fakta. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan sejati. Pengetahuan haruslah dicapaimelalui induksi. (Ahmad Syadali dan Mudzakir,1999).
David Hume (1711-1776 M),seorang kritikus dan ahli filsafat. Salah satu tokoh empirisme mengatakan bahwa manusia tidak membawa pengetahuan bawaan dalam hidupnya. Sumber pengetahuan adalah pengamatan. Pengamatan memberikan dua hal, yaitu kesan- kesan (impressior) dan pengertia- pengertian atau ide- ide (ideas). Yang dimaksud kesan-kesan adalah pengamatan langsung yang diterima dari pengalaman, seperti merasakan tangan terbakar. Yang dimaksud dengan ide adalah gambaran tentang pengamatan yang samara- samara dihasilkan denagn merenungkan kembali atau terefleksikan dalam kesan-kesan yang diterima dari pengalaman. IA juga menegaskan bahwa pengalaman lebih memberi keyakina dibandingakan kesimpulan logika atau kemestian sebab- akibat.
Kaum empiris menganggap bahwa dunia fisik adalah nyata, Karena merupakan gejala yang tertangkap dari panca indera. Hal ini membawa kita kepada dua masalah. Pertama, sekirannya kita mengetahui dua fakta yang nyata, rambut keriting dan intelegensi manusia, bagaimana kita merasa pasti mengenal kaitan antara kedua fakta tersebut ?. Pertanyaan tersebut mengingatkan kita bahwa hubungan antara berbagai fakta tidaklah nyata sebagaimana yang kita sangka. Masalah yang kedua adalah mengenai hakikat pengalaman yang merupakan cara dalam menemukan pengetahuan dan panca indera sebagai alat yang menangkapnya.
Aliran ini mempunyai banyak kelemahan, antara lain :
1.Indera terbatas, benda yang jauh kelihatan kecil, apakah ia benar-benar kecil ? ternyata tidak. Keterbatasan inderalah yang menggambarkan seperti itu. Dari sini akan terbentuk pengetahuan yang salah.
2.Indera menipu, pada orang yang sakit malaria gula rasanya pahit, udara akan terasa dingin, ini akan menimbulkan pengetahuan empiris yang salah juga.
3.objek yang menipu, contohnya adalah fatamorgana dan ilusi, jadi objek itu sebenarnay tidak sebagaimana ia ditangakap oleh indera, ia membohongi indera.
4.Berasal dari indera dan objek sekaligus. Dalam hal ini, indera (mata) tidak dapat melihat seekor kerbau secara keseluruhan, dan kerbau itu tidak bisa memperlihatkan badannya secara keseluruhan.
Tokoh lainnya yang sahat consent dengan faham ini adalah Thomas Hobbes (1588-1679 M), dan George Barkeley (1665-1753 M).

C. Intuisi
Selain kedua sumber pengetahuan diatas masih terdapat cara lain untuk mendapatkan pengetahuan yaitu intuisi, intuisi diadopsi dari bahasa Inggris intuition yang berasal dari bahasa latin intueri-intuitus (memandang), dari in tueri (melihat, menonton). (Lorens Bagus, 1996).
Sedangkan secara terminology diartikan sebagai berikut :
a.Pemahaman atau pengenalan sesuatu secara langsung dan bukan melalui inferensi (penyimpulan). Penglihatan langsung atau penangkapan (apehensi) kebenaran.
b.Daya (kemampuan untuk memiiki pengetahuan segera dan langsung tentang sesuatu tanpa menggunakan rasio.
c.Pengetahuan atau isight (pemahaman) bawaan, naluriah tanpa mengguanakan panca indera, pengalaman biasa atau akal budi kita. (Lorens Bagus, 1996).

Menurut jujun, intuisi ini merupakan pengetahuan yang diperoleh tanpa melalui proses penalaran tertentu, artinya sesorang dalam memikirkan suatu masalah dan tiba- tiba saja ia menemukan jawabannya tanpa adanya proses berfikir pada umumnya. (jujun,2003).
Bagi Maslow intuisi ini merupakan pengalaman puncak (peak experience) sedangkan bagi Nietzche merupakan intelegensiyang palin tinggi.
Menurut kaum intuisionis, dengan intuisi kita mengetahui diri kita, mengetahui karakter, perasaan, dan motif orang lain,serat kita mengetahui, mengalami hakikat yang sebenarnya tentang waktu,gerak, dan aspek- aspek yang fundamental dalam jagad raya ini. Dengan intuisi kita dapat menangkap kenyatan- kenyatan yang konkret.
Intuisi manusia merupakan pengetahuan yang diperoleh tanpa melalui proses penalaran. Jawaban dari permasalahan yang sedang dipikirkan melalui benak manusia sebagai suatu keyakinan yang benar walaupun manusia tidak bisa menjelaskan bagaimana caranya untuk sampai kesitu secara rasional. Pengetahuan intuitif ini dipakai sebagai hipotesis bagi analisis selanjutnya dalam menetapka benar tidaknya penetapan yang dikemukakan itu. Kegiatan intuitif dan analitif saling bekerja sama dalam menentukan kebenaran.
Salah satu tokoh yang palig serius memperjuangkan konsep ini adalah Henri Bergson (1959-1941 M). Ia seorang filusuf dan pemenang nobel 1927, Ia mengatakan bahwa intuisi dan akal mempunyai arah yang bertentangan. Intuisi yang sesungguhnya menurutnya adalah naluri (insting) yang menjadi kesadarn diri sendiri, dapat menuntun kita pada kehidupan yang dalam, jika intuisi dapat meluas, ia dapat memberi petunjuk dalam hal-hal yang vital.(Titus.et.all,1984).
Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Sebagai dasar untuk menyusu pengetahuan secara teratur, intuisi tidak dapat diandalkan. Pengetahuan ini dapat dipergunakan sebagai hipotesa bagi analisis selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang dikemukakan. Kegiatan intuisi dan analisis bisa bekerja saling membantu dalam menemukan kebenaran. Intuisi merupakan pengetahuan khas manusia. Pengetahuan ini sebenarnya juga berada pada rasionalitas manusia pada umumnya, hanya itu bisa dibedakan dengan pengetahuan rasional yang menekankan pada sistematika dan kekuatan metodologi.
Ada beberapa pandangan terkait dengan intuisi, yaitu :
a. Bahwa terdapat intuisi dalam segala pengetahuan, George Santayana memakai istilah intuisi dalam arti kesadaran kita tentang data- data yang langsung kita rasakan. W.E Hocking berkata bahwa mengetahui diri sendiri selalu ada dalam pengetahuan tentang benda- benda lain.34
. Intuisi hanya merupakan hasil tumpukan pengalaman dan pemikiran seseorang pada masa lalu, Intuisi yang benar adalah pemendekan terhadap penetahuan yang seharusnya diungkapkan oleh indera dan pemikiran reflektif. Intuisi adalah hasil dari induksi dan deduksi dibawah sadar. Mereka yang mempunyai banyak pengalaman dalam bidangnya.
c. Intuisi adalah satu macam pengetahuan yang lebih tinggi, wataknya berbeda dengan pengetahuan yang diungkapkan oleh indera dan akal.
d. Intuisi yang ditemukan orang dalam penjabaran mistik memungkinkan kita untuk mendapatkan pengetahuan yang langsung mengatasi dan pengetahuan yang diperoleh dengan akal dan indera. Pengetahuan mistik ini telah diberi defenisi sebagai orang yang sadartentang kesadaran yang maha riil. (Titus.et.all,1984).

D. Wahyu
Term “wahyu” berasal dari bahasa al-Quran (Arab) yang berarti pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat. Secara terminology wahyu diartikan dengan “jalan khusus yang digunakan Alloh SWT untuk berhubungan dengan rosul- rosulnya dan nabi- nabinya untuk menyampaikan kepada merekaberbagai macam hidayah dan ilmu “. (al-Aththar,1994).
Posisi wahyu dalam Islam sangatlah sentral. Berdasarkan kondisi histories maupun noratif, posis wahyu itu demikian pnting dalam mengarahkan, membimbing dan meletakkan dasar relasi antara manusia dengan realitas transenden yang diyakininya. Wahyu pulalah yang mampu menjadi mediasi strategis bagi proses komunikasi ilahiyah antara manusia dan tuhannya.
Wahyu Alloh berisikan pengetahuan baik mengenal kehidupan seseorang yang terjangkau oleh empiris maupun yang mencakup permasalahan yang transcendental, seperti latar belakang dan tujuan penciptaan manusia,dunia, dan segenap isisnya, seperti kehidupan di akhirat nanti dihari kemudian.
Islam sebagai sebuah agama yang menekankan keseimbangan, tidak memihak atau menolak salah satu aliran itu secara ekstrim. Bahkan, Islam menawarkan suatu konsep epistimologi moderat yang sering disebut oleh Kuntowijoyo (1997) sebagai epistimologi relasional. Kosep ini jelas kunto, bermaksud menggabungkan akal, pengalaman dan wahyu dalam satu hubungan dialektik yang tidak pernah puts. Wahyu sebagai respon ilahiyah terhadap persoalan kemanusiaan, lahir dalm satu kondisi histories tertentu (Zaid,2001). Tesis ini juga dengan sangat optimis dipegang oleh Thaha Hussein yangmembagi wahyu kepada dua dimensi :the first massage di satu sisi, dan the second massage.
Al-Farabi ketika menjelaskan tentang wahyu menuliskan bahwa ketika seorang Nabi menerima wahyu, setidaknya ada tiga jenis intelek yang dilibatkan. Pertama, intelek aktif, yaitu satu entitas kosmik yang bertindak sebagai perantara transedent antara Tuhan dan manusia. Kedua, adalah intelek perolehan (al- aql mustafad) yang diperoleh Nabi hanya jika jiwanya bersatu dengan intelek aktif. Dalam persenyawaan ini, tulis Osman Bakar, intelek perolehan menerima pengetahuan transcendent dari intelek aktif. Ketiga, adalah intelek pasif (al- aql munfail) yang merupakan kondisi intelek penerimaan wahyu secara umum.5
. Semua penjelasan ini mengemukakan bahwa wahyu tidak berdiri sendiri dalam mengatasi persoalan kemanusiaan. Iintervensi akal menjadi hal yang tidak bisa dihindari dalam menerjemahkan “kemauan” wahyu yangsering kali atau bahkan selalu turun dengan rumusan-rumusan bahasa langit. Intervensi akal kemanusiaan inilah yang menghubungkan wahyu dengan fakta dan realitashistoris yang dihadapi. Peristiwa Tahkim yang mengakhiri peprangan kelompok Ali dan Muawwiyah, yang kemudian diselewengkan dengan Muawwiyah sebagaibentuk penyerahan kekuasaan oleh Ali kepadanya, menjadi bukti histories bahwa wahyu sangat terbuka terhadap interpretasi kemanusiaan, bahkan ketika interpretasi itu menyesatkan. Itulah al-Quran, kata Ali, yang hanya bisa bicara ketika manusia menafsirkannya.
Dengan demikian wahyu sebagai guidance bagi umat beragama, dalam kehidupannya harus selalu terbuka terhadap intervensi kemanusiaan dan penjelasan akal. Tradisi hermeneutika sebenarnay lahir untuk menjambatani manusia membongkar dimensi- dimensi filosofis yang tarkandung dalam wahyu. Wahyu tidak tertutup bagi penjelasan- penjelasan filosofis yang memihak manusia, justru akan menjadi persoalan ketika penjelasan filosofiswahyu memenangkan kehendak Tuhan dengan mengabaikan kepentingan kemanusiaan.

Kesimpulan
Manusia lahir di dunia bisa mulai mendengar, melihat dan merasakan objek- objek yang dialaminya berupa suara, bentuk dan perasaan.Alam ini merupakan satu titik kesadaran awal untuk mengenal realitas tterutama diri sendiri. Setelah manusia mengalami kedewasaan dan sempurna akalnya, maka ia mulai berfikir tentang materialitas, yakni kekuatan supranatural yang ikut bermain dan sibuk mengurus proses- proses penciptaan dari tiada menjadi ada,dari ada menjadi tiada.
Berdasarkan uraian diatas, untuk mempermudah pembahasan dan memperluas wawasan, maka sumber-sumber pengetahuan dapat di klasifikasikan menjadi 4, yaitu :
1.Rasio (Akal)
Tokoh sentral dalam faham ini adalah Rene Descartes (1596- 1650),kaum rasionalis bukan mengingkari nilai- nilai yang diperoleh melalui pengalaman, melainkan pengalaman paling- paling dipandang sebagai jenis perangsang (stimulus) bagi pikiran. Para penganut rasionalis berkeyakinan bahwa kebenaran dan kesesatan terletak dalam ide kita, dan bukannya dalam diri barang sesuatu. Jika kebenaran mengandung makna dan mempunyai ide yang sesuai dengan, atau menunjuk pada kenyataan.
2.Empiris
Berbeda dengan anggapan rasionalis yang mengatakan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio, faham ini berpendapat bahwa indera atau pengalaman adalah sumber satu- satunya tau paling tidak sumber primer dari pengetahuan manusia, sehingga pengenalan inderwi merupakan pengenalan yang paling jelas dan sempurna.
3. Intuisi
Selain kedua sumber pengetahuan diatas masih ada cara lain untuk mendapatkan pengetahuan yaitu intuisi.
Menurut jujun,intuisi merupakan pengetahuan yang diperoleh tanpa melalui proses penalaran tertentu artinya seseorang dalam memikirkan suatu masalah dan tiba- tiba saja ia menemukan jawabannya tanpa adanya proses pemikiran yang beliku-liku sebagaimana proses berfikir pada umumnya.
4. Wahyu
Wahyu berasal dari bahasa Arab yaitu pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat. Posisi wahyu dalam islam sangatlah sentral. Berdasarkan histories maupun normative, posisi wahyu itu demikian penting dalam mengarahkan, membimbing, dan meletakkan dasr relasi antara manusia dengan realitas transcendent yang diyakininya.Wahyu pulalah yang mampu menjadi mediasi strategis bagi proses komunikasi ilahiyah antara manusia dengan Tuhannya.

Daftar Pustaka
Suria Sumantri, jujun. 1984. filsafat ilmu sebagai pengantar popular. Jakarta :PT Total Grafika.
Salam, Burhanuddin. 1997. Logika materiil (filsafat ilmu pengetahuan).Jakarta: Rineka Cipta.
Zainudin, M. 2003.Filsafat Ilmu. Jakarta: Bayu Media Publishing
Bakhtiar, Amsal. 2007. filsafat ilmu. Jakata: PT Raja Grafindo.
Zubaedi, 2007. Filsafat Barat. Jogyakarta: Ar-Ruz Media.
Muslih, Muhammad. 2004. Filsafat Ilmu. Jogjakarata: Belukar.
Murbandono, L. 2004. Pemikir Besar Dunia Ucapan dan kebijaksanaan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Ghofur,Abd.2007. Filsafat Ilmu. Malang.

Tidak ada komentar: